Kepiting Rajungan Si Penjelajah Laut yang Bernilai Tinggi
Kepiting rajungan adalah salah satu hasil laut yang paling digemari di Indonesia maupun mancanegara. Dengan cangkang biru kehijauan yang khas dan rasa daging yang manis, rajungan menjadi primadona di pasar ekspor, terutama ke negara seperti Jepang, Amerika Serikat, dan Singapura. Tak hanya lezat, rajungan juga menyimpan potensi ekonomi besar bagi para nelayan dan pelaku usaha perikanan di tanah air.
Baca Juga:
- Waring Sayur Pelindung Tanaman Efektif untuk Hasil Panen Maksimal
- Waring Ikan Solusi Efektif untuk Budidaya dan Perlindungan Kolam
- Waring Sayur untuk Menjaga Kesegaran dan Kualitas Hasil Panen
Mengenal Kepiting Rajungan
Rajungan adalah sejenis kepiting laut yang hidup di perairan dangkal seperti pantai, muara sungai, hingga daerah berpasir dan berlumpur. Berbeda dengan kepiting bakau, rajungan memiliki capit panjang, tubuh berwarna cerah kebiruan, dan lebih aktif bergerak di laut lepas.
Daging rajungan dikenal lebih lembut dan manis dibandingkan kepiting biasa, sehingga menjadi bahan utama berbagai hidangan mewah seperti rajungan saus padang, rajungan rebus jahe, hingga nasi goreng rajungan khas daerah pesisir.
Habitat dan Cara Hidup Rajungan
Rajungan biasanya ditemukan di kedalaman 10–50 meter. Mereka hidup di dasar laut yang berpasir dan aktif mencari makan pada malam hari. Makanan utama rajungan antara lain ikan kecil, moluska, dan sisa-sisa organisme laut lainnya.
Menariknya, rajungan termasuk hewan yang memiliki kemampuan berenang cepat berkat sepasang kaki belakangnya yang berbentuk seperti dayung. Inilah yang membuatnya disebut juga sebagai "swimming crab" dalam bahasa Inggris.
Nilai Gizi Tinggi dalam Rajungan
Tak hanya enak, rajungan juga menyehatkan. Dalam 100 gram daging rajungan terkandung:
-
Protein: 18–20 gram
-
Lemak sehat: 1–2 gram
-
Omega-3 & Omega-6 yang baik untuk otak dan jantung
-
Kalsium, fosfor, dan zat besi untuk memperkuat tulang
-
Vitamin B12 dan selenium yang membantu metabolisme tubuh
Kandungan gizinya membuat rajungan cocok dikonsumsi anak-anak, orang dewasa, hingga lansia untuk memenuhi kebutuhan protein hewani sehari-hari.
Potensi Ekonomi Rajungan di Indonesia
Indonesia merupakan salah satu negara pengekspor rajungan terbesar di dunia. Produksi rajungan tersebar di berbagai daerah seperti Jawa Timur, Sulawesi, Kalimantan, dan Lampung.
Banyak kelompok nelayan kini beralih ke penangkapan rajungan karena harganya yang stabil dan permintaan ekspor yang tinggi. Harga rajungan segar di pasaran lokal berkisar antara Rp 80.000–150.000 per kilogram, sementara harga ekspor bisa mencapai dua kali lipatnya.
Selain dijual segar, rajungan juga diolah menjadi rajungan beku, daging rajungan kupas, atau abon rajungan yang memiliki nilai jual lebih tinggi.
Upaya Pelestarian dan Budidaya Rajungan
Meski banyak diburu, populasi rajungan kini mulai menurun akibat penangkapan berlebihan. Karena itu, pemerintah dan beberapa lembaga perikanan mendorong program budidaya rajungan untuk menjaga keberlanjutan.
Budidaya rajungan dilakukan di tambak atau karamba laut dengan memperhatikan faktor penting seperti salinitas, pakan alami, dan sirkulasi air. Teknologi pembesaran rajungan kini juga semakin berkembang, memungkinkan hasil panen yang lebih cepat dan efisien.
Kuliner Rajungan yang Populer
Beberapa daerah di Indonesia terkenal dengan olahan rajungannya, misalnya:
-
Probolinggo dengan menu sop rajungan segar
-
Madura dengan rajungan saus pedas khas pesisir
-
Cirebon yang memiliki nasi lengko rajungan unik dan gurih
Setiap daerah memiliki cita rasa khas, menjadikan rajungan bukan hanya bahan makanan, tapi juga bagian dari identitas kuliner Nusantara.
Kepiting rajungan bukan sekadar hasil laut biasa. Ia adalah sumber gizi tinggi, penggerak ekonomi pesisir, sekaligus ikon kuliner Indonesia. Dengan pengelolaan yang berkelanjutan dan inovasi budidaya, rajungan bisa terus menjadi primadona laut Nusantara sekaligus andalan ekspor yang mengharumkan nama Indonesia di mata dunia.


0 Response to "Kepiting Rajungan Si Penjelajah Laut yang Bernilai Tinggi"
Posting Komentar